Burung Lovebird - Permasalahan Burung Lovebird Telur Yang Tidak Menetas - Penangkaran Burung Lovebird - Tidak ada usaha yang selamanya terus-terusan lancar. Setiap usaha pasti ada masalah yang menghadang, tidak tanggung-tanggung besar atau kecil masalah tersebut. Bagitu pula usaha penangkaran Burung Lovebird - Penyuapan Hand Feeding (Waktu Ideal Meloloh Burung Lovebird) - Penangkaran Burung Lovebird, adakalanya juga dihanggapi masalah dan kendala. ada beberapa kendala yang sering dihadapai oleh para penangkaran Burung Lovebird, diantaranya :
Telur Tidak Menetas - Tidak semua telur yang dierami indukan bisa menetas. Kendala seperti ini wajar dialami para penangkar burung lovebird. Lakukan proses perkawinan selanjutnya agar burung bisa kembali bertelur dan menghasilkan anakan burung Jika dipetakan, ada dua penyebab mengapa telur tidak menetas, yaitu:
- Telur infertil (gabuk, kosong, tidak subur) - Telur infertil adalah telur yang sama sekali tidak mengandung sel benih. Dalam bahasa perunggasan, sel benih disebut juga sebagai discus germinalis, yang menempel di permukaan kulit telur (yolk). Sel benih inilah yang nantinya, ketika dierami induk atau ditetaskan dalam mesin tetas, berkembang menjadi embrio, dan pada hari terakhir penetasan memiliki wujud seperti piyik.
- Telur fertil, tetapi embrio mati di dalam telur sebelum menetas. - Telur fertil memiliki harapan besar untuk menetas. Begitu dierami induknya, atau ditetaskan melalui mesin tetas, sel benih atau discus germinalis akan mengalami perkembangan pesat menjadi embrio muda. Jika terus bertahan, embrio ini secara bertahap akan berkembang, mulai dari pembentukan pembuluh darah, pembentukan organ dalam seperti jantung, hati, dan ginjal, pembentukan paruh, tungkai sayap, kaki, dan seterusnya. Kalau masih bertahan juga, maka 1-2 hari sebelum menetas, embrio ini sudah memiliki organ tubuh, sistem peredaran darah, saluran pencernaan, dan saluran pernafasan yang lengkap. Wujudnya pun hampir mirip dengan piyik ketika menetas.
Periode awal penetasan - Periode ini mencakup 3 hari pertama sejak telur dierami atau ditetaskan.
Pada periode ini diperlukan konsistensi suhu pengeraman, agar sel benih (discus germinalis) bisa berkembang menjadi embrio.
Periode akhir penetasan - Periode ini mencakup 3 hari terakhir sebelum piyik menetas.
Periode ini juga membutuhkan kestabilan suhu pengeraman / penetasan.
Beberapa penyebab utama kematian embrio :
- Embrio kekurangan nutrisi - Induk burung, terutama burung betina, bisa saja mengalami kekurangan nutrisi pada salah satu atau beberapa jenis nutrisi seperti protein, karbohidrat, lemak, serat kasar, vitamin, dan mineral. Tetapi malnutrisi yang paling berpengaruh terhadap penetasan telur justru vitamin dan mineral. dan Hampir semua defisiensi vitamin berpotensi menyebabkan kegagalan penetasan. Sedangkan jenis mineral yang cukup berpengaruh terhadap penetasan telur adalah mangaan (Mn), seng (Zn), yodium (I), dan zat besi (Fe).
- Induk betina sering meninggalkan sarang - Penyebab utama induk betina sering meninggalkan sarang adalah karena banyak kutu / tungau yang menempel pada bahan sarang, bahkan pada bulu–bulu dan permukaan kulit induk betina. Terkadang induk tak sekadar meninggalkan sarang.
- Induk betina terganggu induk jantan - Meski frekuensinya tidak terlalu sering, kasus ini beberapa kali dialami sebagian penangkar, terutama penangkar kacer, murai batu, trucukan, dan beberapa jenis burung lainnya. Dalam hal ini, induk betina yang sedang mengerami telurnya, justru dirayu-rayu pasangannya untuk diajak kawin.
- Kesalahan dalam mengoperasikan mesin tetas - Kesalahan dalam mengoperasikan mesin tetas dapat berakibat fatal, misalnya seluruh telur gagal menetas. Jarang sekali kekeliruan dalam mengoperasikan mesin tetas hanya akan mengakibatkan sebagian telur menetas dan sebagian lagi tidak menetas.
- Telur terinfeksi bakteri atau virus - Telur terkontaminasi virus atau bakteri dari tangan orang yang memegangnya. Hal ini bisa terjadi ketika Anda melakukan peneropongan telur (pasti memegang telur bukan?). Bisa juga ketika Anda melakukan pemutaran telur dengan tangan (jika Anda menggunakan mesin tetas non-otomatis). Karena itu, sebelum memegang telur, tangan dicuci dengan sabun antiseptik, atau menggunakan desinfektan yang bisa dibeli di apotek dan toko kimia. Dan Mesin tetas jarang disucihamakan setelah digunakan. Banyak penangkar yang begitu senang melihat telur-telurnya menetas, tapi lupa membersihkan mesin tetas. Karena itu, biasakan setelah telur menetas, bagian dalam mesin tetas disemprot dengan cairan desinfektan.
- Banyak getaran di lokasi sarang - Hal ini sering dialami para penangkar yang membangun kandang dekat rel kereta api, pabrik yang peralatannya menimbulkan getaran, dan sebagainya. Jika rumah Anda di dekat rel, namun getaran roda kereta api tidak sampai ke rumah / kandang (biasanya sekitar 100 meter), ini tidak masalah (soalnya dulu pernah ada yang bertanya seperti ini).
- Embrio mengalami kesulitan di saat terakhir - Beberapa saat sebelum menetas, embrio di dalam telur terkadang mengalami kesulitan dalam mengatur posisinya agar tetap bisa bernafas dan menyerap makanan dari yolk sac (kantung kuning telur). Salah satu penyebabnya adalah ketidakstabilan kelembaban dalam ruang mesin tetas, atau bahkan dalam penetasan alami.
- Induk betina mengalami hypercalcaemia - Hypercalacemia adalah kondisi di mana kadar kalsium dalam tubuh sangat tinggi. Gejala yang muncul adalah telur-telur yang dihasilkan memiliki kerabang yang sangat keras. Dampaknya, menjelang menetas, embrio tidak mampu memecah kerabang telur yang terlalu keras tersebut. Jika tidak dibantu dengan tangan manusia, embrio pasti akan mati sebelum menetas.
Silakan Jiaka Ada Komentar Jangan Ragu Ragu !!! Out Of Topic Show Konversi KodeHide Konversi Kode Show EmoticonHide Emoticon